v Pengertian
Strategi
Definisi
strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa
berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi
karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (David, p.15, 2004).
Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1989).
Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1989).
Pengertian
strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
1.
Pengertian Umum
Strategi
adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.
2.
Pengertian khusus
Strategi
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi
inti di dalam bisnis yang dilakukan.
v Perumusan
Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu:
1.
Mengidentifikasi lingkungan yang akan
dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk
mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.
2.
Melakukan analisis lingkungan internal
dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.
3.
Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan
(key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan
analisis sebelumnya.
4.
Menentukan tujuan dan target terukur,
mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya
yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
5.
Memilih strategi yang paling sesuai
untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. (Hariadi, 2005).
v Tingkat-tingkat
Strategi
Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu: enterprise strategy, corporate strategy, business strategy dan functional strategy.
a) Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons
masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat
adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di
dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai
kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial
lainnya. Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan
masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan
organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh
bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan
kebutuhan masyarakat.
b) Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi
organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang
digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan
kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu, tidak semata-
mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu? Apakah misi utama
direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap organisasi.
mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu? Apakah misi utama
direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap organisasi.
c)
Business Strategy
Strategi pada
tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat.
Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para
donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh
keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya
organisasi ke tingkat yang lebih baik.
d)
Functional Strategy
Strategi ini
merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada
tiga jenis strategi functional yaitu:
·
Strategi functional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi
yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat,
antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian
dan pengembangan.
·
Strategi functional manajemen, mencakup
fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating,
controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making,
representing, dan integrating.
·
Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol
lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang
belum diketahui atau yang selalu berubah (J. Salusu, p 101, 1996).
·
Tingkat-tingkat strategi itu merupakan
kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan
tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian
administratif semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan”
organisasi dari sudut ekonomi (J. Salusu, p 104, 1996).
v
Jenis-jenis Strategi
Banyak organisasi
menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi
dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di perusahaan yang besar
dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika
divisi-divisi yang
berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan.
berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan.
Jenis-jenis strategi adalah sebagai
berikut:
1. Strategi Integrasi
Integrasi ke depan,
integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai
integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat
mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing.
2.
Strategi Intensif
Penetrasi pasar,
dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif
karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.
karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.
3.
Strategi Diversifikasi
Terdapat tiga jenis
strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan
konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya
disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak
terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal.
Menambah produk atau jasa baru yang tidak
disebut diversifikasi konglomerat.
4.
Strategi Defensif
Disamping strategi
integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan
strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi.
Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.
Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.
5. Strategi Umum
Michael Porter
Menurut Porter, ada
tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan
kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan
ketiganya strategi umum.
Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar
dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan
harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan
menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada
konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus
berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah
kelompok kecil konsumen.
Sistem
pengendalian manajemen merupakan alat untuk mengimplementasikan strategi. Tiap
organisasi memiliki memiliki strategi yang berbeda-beda, dan pengendalian harus
disesuaikan dengan syarat strategi spesifik. Strategi yang berbeda memerlukan
prioritas tugas berbeda, factor penentu keberhasilan berbeda, dan keterampilan,
perspektif, dan perilaku yang berbeda pula. Oleh karena itu, yang seharusnya
diperhatikan dalam desain sistem pengendalian adalah apakah perilaku yang
didorong oleh sistem tersebut merupakan perilaku yang diperlukan oleh suatu strategi.
v Tujuan
Meskipun kita sering mengacu
pada apa yang disebut sebagai tujuan-tujuan perusahaan, suatu perusahaan tidak
punya tujuan; pada hakikatnya perusahaan adalah satuan artificial yang tidak
memiliki pikiran maupun kemampuan mengambil keputusan sendiri. Tujuan
perusahaan ditentukan oleh pemimpin manajemen puncak (chief executive
officer-CEO) perusahaan yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan nasihat yang
diberikan manajer, senior lainnya, dan biasanya kemudian diratifikasi oleh
dewan direksi. Pada banyak perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan biasanya
dirancang oleh para pendirinya serta berlaku untuk generasi-generasi
selanjutnya. Contohnya Henry Ford, Ford Motor Company; Alfred P. Sloan, General
Motors Corporation; Walt Disney, Walt Disney Company; George Eastman, Eastman
Kodak; serta Sam Walton, Wal-Mart.
v Profitabilitas
Dalam bisnis, kapasitas untuk
menghasilkan laba biasanya merupakan tujuan yang paling penting. Profitabilitas
dinyatakan dalam arti dan konsep yang paling luas melalui persamaan yang
merupakan hasil dari dua rasio:
Contoh
:
ROI
= (pendapatan-beban)/pendapatan x (pendapatan/investasi)
=
($ 10.000 – $9.500)/$10.000 x ($10.000/$4.000) = 12,5 %
Rasio
pertama dalam perhitungan ini disebut persentase margin laba (profit margin
percentage) :
($
10.000 – $9.500)/$10.000 = 5 %
Rasio
kedua merupakan perputaran investasi ( investment turnover – ITO) :
$
10.000/$ 4.000 = 2,5 kali
Produk dari dua rasio ini
adalah pengembalian atas investasi (return on investment-ROI) : 5% x 2,5 kali =
12,5 %. ROI ini dperoleh dengan membagi laba (yaitu pendapatan dikurangi beban)
dengan investasi, akan tetapi metode ini tidak mencakup dua komponen utama,
yakni margin laba dan perputaran investasi.
Dalam bentuk dasar persamaan
ini, istilah “investasi” mengacu pada investasi para pemegang saham, yang
terdiri dari penerbitan saham dan laba ditahan. Salah-satu tanggung jawab
manajemen adalah menjaga keseimbangan diantara dua sumber utama pendanaan:
utang dan ekuitas.
“Profitabilitas” mengacu pada
laba dalam jangka panjang, bukan laba kuartal atau tahun berjalan. Banyak
pengeluaran pada periode berjalan (misalnya, jumlah uang yang dikeluarkan untuk
iklan atau penelitian dan pengembangan) mengurangi laba saat ini namun
meningkatkan laba jangka panjang.
v
Konsep
Strategi
Strategi mendeskripsikan arah
umum yang akan dituju suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Perusahaan
mengembangkan strateginya dengan mencocokkan kompetensi intinya dengan peluang
industri. Menurut Andrews, perumusan strategi merupakan proses yang digunakan
oleh para eksekutif senior untuk mengevaluasi keunggulan dan kelemahan
sehubungan dengan peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan dan kemudian
memutuskan strategi yang menyesuaikan antara kompetensi inti perusahaan dengan
peluang lingkungan. Strategi dapat ditemukan pada dua tingkatan: (1) strategi
untuk organisasi keseluruhan, dan (2) strategi untuk unit bisnis dalam
organisasi. Sekitar 85 % dari perusahaan industry Fortune 500 di AS memiliki
lebih dari satu unit bisnis dan sebagai akibatnya merumuskan strategi pada
kedua tingkatan.
v
Strategi
Tingkat Perusahaan/Korporasi
Strategi korporat adalah
mengenai keberadaan di tengah-tengah bauran bisnis yang tepat. Oleh karena itu,
strategi korporat lebih berkenaan dengan pertanyaan di mana sebaiknya bersaing
dan bukannya bagaimana bersaing dalam industry tertentu; yang merupakan
strategi unit bisnis. Pada tingkat korporat, masalahnya adalah : (1) definisi
bisnis di mana perusahaan akan berpartisipasi, dan (2) penugasan sumber daya
antar bisnis-bisnis tersebut. Analisis strategi tingkat korporat menghasilkan
keputusan yang melibatkan bisnis yang akan ditambah, bisnis yang akan
dipertahankan, bisnis yang akan ditekankan, bisnis yang akan dikurangi
perhatiannya, dan bisnis yang didivestasi (dijual).
Berkaitan dengan strategi
tingkat korporat, perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam salah-satu dari
tiga kategori. Perusahaan dengan industri tunggal beroperasi dalam satu lini
bisnis. Exxon-Mobil yang bergerak dalam industri minyak bumi merupakan
salah-satu contohnya. Perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan
beroperasi dalam beberapa industry, dan unit-unit bisnis tersebut memperoleh
manfaat dari seperangkat kompetensi inti yang umum. Procter & Gamble
(P&G) adalah salah-satu contoh dari perusahaan dengan diversifikasi yang
berhubungan; perusahaan ini memiliki unit-unit bisnis dalam popok (Pampers),
deterjen (Tide), sabun (Ivory), pasta gigi (Crest), Shampo (Head &
Shoulders), dan produk konsumen bermerek lainnya. P&G mempunyai dua
kompetensi inti yang menguntungkan semua unit bisnisnya: (a) keterampilan inti
dalam beberapa teknologi kimia, dan (b) keahlian distribusi dan pemasaran
produk konsumen dengan harga rendah melalui supermarket. Perusahaan dengan
bisnis yang tidak berhubungan beroperasi dalam bisnis yang tidak saling
berhubungan satu sama lain; hubungan antara unit-unit bisnis bersifat murni
financial. Textron contohnya. Perusahaan ini beroperasi dalam bisnis yang
sangat terdiversifikasi seperti dalam alat tulis, helicopter, gergaji besar,
komponen mesih pesawat terbang, forklift, alat mesin, penghubung khusus, dan
mesin-mesin turbin gas.
Pada
tingkat corporat, salah-satu dimensi yang paling signifikan di mana konteks
strategis berbeda adalah tingkat dan jenis diversifikasi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda.
v Kompetensi Inti dan
Diversifikasi Korporat
Penelitian telah menunjukkan
bahwa, secara rata-rata, perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan
mencapai kinerja tinggi, perusahaan dengan industri tunggal mencapai kinerja
terbaik kedua, dan perusahaan dengan diversifikasi yang tidak berhubungan tidak
mencapai kinerja baik dalam jangka waktu panjang. Hal ini disebabkan karena
markas besar korporat, dalam perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan
mempunyai kemampuan untuk mentransfer inti dari satu unit bisnis ke unit bisnis
yang lain. Kompetensi inti adalah kemampuan yang digunakan oleh perusahaan
untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi dan menambah nilai signifikan bagi
pelanggan. Oleh karena itu, pertumbuhan berbasis kompetensi dan diversifikasi
mempunyai potensi untuk berhasil.
Contoh.
Kompetensi inti yang merupakan kunci Honda adalah kemampuannya untuk mendesain
mesin-mesin kecil. Honda menggunakan kompetensi ini awalnya untuk memasuki
bisnis sepeda motor. Sejak itu, Honda meningkatkan kompetensinya dalam teknologi
mesin kecil di berbagai bisnis seperti mobil, pemotong rumput, mesin penyapu
salju (snow blower), mobil salju (snowmobiles), dan perangkat-perangkat luar
ruang. Salah-satu kompetensi inti Federal Express adalah pengetahuan
logistiknya. Perusahaan ini menggunakan kompetensi tersebut untuk menciptakan
bisnis pengiriman surat dalam waktu semalam, Sejak itu, perusahaan tersebut
menggunakan kompetensi ini untuk memasuki bisnis di sector baru. Misalnya,
FedEx mengelola semua logistiknya (termasuk persediaan internal) untuk Laura
Ashley, sebuah perusahaan komestik terkemuka.
Implikasi dari Desain Sistem
Pengendalian
Strategi
korporat adalah satu rangkaian dengan strategi industri tunggal di satu ujung
spectrum dan diversifikasi yang tidak berhubungan di ujung lain. Banyak
perusahaan tidak sesuai bila digolongkan ke salah-satu dari tiga kelas ini.
Walaupun demikian, hampir semua perusahaan dapat diklasifikasikan di sepanjang
rangkaian tersebut. Lokasi perusahaan pada rangkaian ini tergantung pada
tingkat dan jenis diversifikasinya.
Syarat
perencanaan dan pengendalian perusahaan yang menggunakan strategi diversifikasi
tingkat korporat begitu berbeda. Oleh karena itu, masalah kunci bagi desainer
sistem pengendalian adalah : Bagaimana struktur dan bentuk pengendalian akan
berbeda antara NuCor (perusahaan dengan industry tunggal), Procter & Gamble
(perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan), atau Textron (perusahaan
dengan diversifikasi yang tidak berhubungan) ?
Strategi Unit BIsnis
Persaingan
antar perusahaan dengan diversifikasi tidak berlangsung pada tingkat korporat.
Sebaliknya, unit bisnis dalam satu perusahaan (Protecter & Gamble’s Pampers
unit) bersaing dengan unit bisnis dalam perusahaan lain (Kimberly Clark’s Huggies
unit). Kantor korporat dari perusahaan dengan diversifikasi tidak menghasilkan
laba dari dirinya sendiri; melainkan pendapatan dihasilkan dan biaya ditanggung
dalam unit-unit bisnis. Strategi unit bisnis berkenaan dengan bagaimana
menciptakan dan memelihara keunggulan kompetitif dalam masing-masing industry
yang telah dipilih oleh suatu perusahaan untuk berpartisipasi.
Misi Unit Bisnis
Dalam
perusahaan dengan diversifikasi, salah-satu tugas manajemen senior adalah
mengalokasikan sumber daya, yakni, membuat keputusan mengenai penggunaan kas
yang dihasilkan dari beberapa unit bisnis untuk mendanai pertumbuhan dalam unit
bisnis lain. Beberapa model perencanaan telah dikembangkan untuk membantu
manajer tingkat korporat dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Model-model ini menyarankan bahwa perusahaan memiliki unit-unit bisnis dalam
beberapa kategori, yang diidentifikasikan dengan misinya; strategi yang tepat
untuk setiap kategori yang berbeda.
Dari
banyak model perencanaan, dua yang paling banyak digunakan adalah Boston
Consulting Group’s Matriks pembagian pertumbuhan 2×2 dan General Electric
Company/Mckinsey & Company’s matriks daya tarik industri-kekuatan bisnis
3×3. Meskipun model-model ini berbeda dalam metodologi yang digunakan untuk mengembangkan
misi yang paling tepat bagi berbagai unit bisnis, namun model-model tersebut
mempunyai perangkat misi sama untuk dipilih: bangun(build), pertahankan (hold),
panen (harvest), dan divestasi (divest).
Bangun
Misi
ini menyiratkan tujuan menambah pangsa pasar, bahkan dengan mengorbankan laba
jangka panjang dan arus kas (contoh, bioteknologi merk, peranti elektronik
black and decker).
Pertahankan
Misi
strategis ini diarahkan pada perlindungan pangsa pasar unit bisnis dan posisi
persaingan ( contoh, komputer mainframe IBM).
Panen
Misi
mempunyai tujuan memaksimalkan laba jangka pendek dan arus kas, bahkan dengan
mengorbankan pangsa pasar ( contoh, produk tembakau American Brands, bola lampu
General Electric dan Sylvania).
Divestasi
Misi
ini menunjukkan suatu keputusan untuk mundur dari bisnis melalui proses
likuidasi perlahan-lahan atau penjualan segera.
BCG
menggunakan logika berikut ini untuk membuat resep strategi bagi masing-masing
dari keempat sel. Unit bisnis yang termasuk dalam kuadran tanda tanya secara
khusus diberi misi : “bangun” pangsa pasar. Logika dibalik rekomendasi ini
berkaitan dengan dampak positif dari kurva pengalaman. BCG beragumentasi bahwa
dengan membangun pangsa pasar dalam fase pertumbuhan dari suatu industry, unit
bisnis akan menikmati posisi biaya rendah.
Unit
bisnis yang termasuk dalam kuadran bintang secara khusus diberi misi :
“pertahankan” pangsa pasar. Unit-unit ini sudah memiliki pangsa pasar yang
tinggi dalam industri mereka, dan tujuannya adalah investasi kas untuk
mempertahankan posisi itu.
Unit
bisnis yang termasuk dalam kuadran sapi perah kas adalah sumber utama kas untuk
perusahaan. Karena unit-unit ini mempunyai pangsa pasar relatif tinggi, maka
unit-unit tersebut mungkin mempunyai biaya per unit yang paling rendah dan oleh
karena itu memiliki laba yang paling tinggi.
Bisnis
dalam kuadran anjing mempunyai posisi persaingan yang lemah dalam industry yang
tidak menarik. Bisnis seperti ini harus dijual, kecuali bila ada kemungkinan
baik untuk membuatnya menjadi menguntungkan.
Matriks
General Electric Company/McKinsey & Company serupa dengan matriks BCG dalam
membantu korporasi untuk menerapkan misi di seluruh unit-unit bisnisnya.
Walaupun demikian, metodologinya berbeda dengan pendekatan BCG dalam hal-hal
berikut ini :
1.
BCG menggunakan tingkat pertumbuhan industry sebagai wakil untuk daya tarik
industry. Dalam matriks General Electric, daya tarik industry didasarkan pada
penilaian tertimbang atas factor-faktor seperti besarnya pangsa pasar,
pertumbuhan pasar, penghalang untuk memasuki pangsa pasar, teknologi yang
usang, dan sejenisnya.
2.
BCG menggunakan pangsa pasar relative sebagai proxy untuk posisi persaingan
yang dimiliki oleh unit bisnis saat ini. Matriks General Electric, di lain
pihak, menggunakan beragam faktor seperti pangsa pasar, kekuatan distribusi,
dan kekuatan rekayasa untuk menilai posisi persaingan dari unit bisnis
tersebut.
Keunggulan Kompetitif Unit
Bisnis
Setiap
unit bisnis harus mengembangkan keunggulan kompetitifnya untuk dapat
melaksanakan misinya. Tiga pertanyaan yang saling berkaitan harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan keunggulan kompetitif unit bisnis. Pertama,
apa struktur industry di tempat unit bisnis beroperasi ? kedua, bagaimana unit
bisnis seharusnya mengeksploitasi struktur organisasi? Ketiga, apa yang akan
menjadi basis keunggulan kompetitif unit bisnis? Michael Porter mendeskripsikan
dua pendekatan analitis – analisis industry (industry analysis) dan analisis
rantai nilai ( value chain analysis) – sebagai bantuan dalam mengembangkan keunggulan
kompetitif yang lebih superior dan berkesinambungan. Masing-masing dijelaskan
di bawah ini :
Analisis
Industri
Penelitian
mengungkapkan peran penting yang dimainkan oleh kondisi industry dalam kinerja
perusahaan individu. Studi menunjukkan bahwa rata-rata profitabilitas industry
sejauh ini merupakan predictor paling signifikan dari kinerja perusahaan.
Menurut Portes, struktur organisasi harus dianalisis terkait dengan kekuatan
kolektif dari lima kekuatan pesaing :
1.
Intensitas persaingan di antara para pesaing yang ada. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persaingan secara langsung adalah pertumbuhan industry, perbedaan
produk, jumlah dan keanekaragaman pesaing, tingkat biaya tetap, kapasitas intermiten
yang berlebihan, dan kendala untuk keluar dari industri.
2.
Daya tawar pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli adalah jumlah
pembeli, biaya peralihan pembeli, kemampuan pembeli untuk mengintegrasikan
kembali, dampak produk dari unit bisnis pada biaya total pembeli, dampak produk
unit bisnis pada biaya total pembeli, dampak produk unit bisnis pada
kualitas/kinerja produk pembeli, dan signifikansi volume unit bisnis bagi
pembeli.
3.
Daya tawar pemasok. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pemasok adalah
jumlah pemasok, kemampuan pemasok untuk melakukan integrasi ke depan, kehadiran
input substitusi, dan pentingnya volume unit bisnis bagi pemasok.
4.
Ancaman dari barang substitusi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman barang
substitusi adalah harga/kinerja relatif barang subsitusi, biaya peralihan
pembeli, dan kecenderungan pembeli untuk menggunakan barang substitusi.
5.
Ancaman pendatang baru yang masuk industry. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kendala untuk masuk ke dalam industry adalah pesyaratan modal, akses terhadap
saluran distribusi, skala ekonomis, differensiasi produk, kompleksitas
teknologi dari produk atau proses, tindakan balasan yang diperkirakan dari
perusahaan-perusahaan yang sudah ada, dan kebijakan pemerintah.
Ada
tiga observasi yang dibuat sehubungan dengan analisis industri :
1.
Semakin kuat lima kekuatan tersebut, semakin rendah kemungkinan profitabilitas
dari industri itu.Dalam industry profitabilitas rata-rata yang tinggi (seperti,
minuman ringan dan bahan farmasi), lima kekuatan itu lemah (misalnya dalam
industry minuman ringan, kendala untuk masuk tinggi). Dalam industri dengan
profitabilitas rata-rata yang rendah (seperti baja dan batu bara), lima
kekuatan itu kuat (misalnya, dalam industri baja, ancaman dari barang subsitusi
cukup tinggi).
2.
Bergantung pada kekuatan relative dari lima kekuatan itu, masalah strategis
kunci yang dihadapi oleh unit bisnis tersebut akan berbeda dari satu industri
ke industry yang lain.
3.
Memahami hakikat setiap kekuatan membantu perusahaan untuk merumuskan strategi
yang efektif. Seleksi pemasok dibantu oleh analisis kekuatan relative dari
beberapa kelompok pemasok; unit bisnis harus berhubungan dengan kelompok
pemasok yang akan memberi keunggulan kompetitif terbaik. Demikian juga,
menganalisis daya beli relatif dari beberapa kelompok pembeli akan mempermudah
pemilihan segmen pelanggan yang dituju.
Keunggulan
Bersaing Generik
Analisis
lima kekuatan merupakan titik awal untuk mengembangkan keunggulan persaingan
karena ini membantu mengidentifikasi kesempatan dan ancaman dalam lingkungan
eksternal. Dengan pemahaman ini, Porter mengklaim bahwa unit bisnis mempunyai
dua cara generik untuk merespons terhadap kesempatan dalam lingkungan eksternal
dan mengembangkan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan: biaya rendah dan
differensiasi.
Biaya
rendah. Kepemimpinan biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan seperti
skala ekonomis dalam industry, dampak kurva belajar, pengendalian biaya yang
ketat, dan minimalisasi biaya. Beberapa perusahaan yang mengikuti strategi ini
meliputi : Wal-Mart dalam ritel diskon, Hyundai dalam otomatif
Diffresiansi.
Fokus utama strategi ini adalah melakukan differensiasi penawaran produk yang
dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang dipandang oleh
pelanggan sebagai sesuatu yang unik. Pendekatan pada differensiasi produk
meliputi loyalitas merek (Coca Cola dan Pepsi Cola dalam minuman ringan).
Analisis
rantai nilai. Analisis rantai nilai berusaha untuk menentukan di bagian mana
dari operasi perusahaan – dari desain sampai distribusi-nilai pelanggan dapat
ditambah atau dikurangi. Untuk setiap aktivitas bernilai tambah, pertanyaan
kunci yang perlu diajukan adalah :
1.
Dapatkah kita mengurangi biaya dalam kegiatan ini, dengan mempertahankan agar
nilai (pendapatan) tetap konstan?
2.
Dapatkah kita menambah nilai (pendapatan) dalam kegiatan ini, dengan
mempertahankan biayanya konstan?
3.
Dapatkah kita mengurangi aktiva dalam kegiatan ini, sementara mempertahankan
biaya dan pendapatan tetap konstan?
4.
Yang paling penting, dapatkah kita melakukan (1), (2), dan (3) secara serentak?
Kerangka
rantai nilai adalah metode untuk menbagi rantai tersebut-dari bahan baku
dasar sampai pelanggan pemakai akhir- ke dalam kegiatan spesifik untuk dapat
memahami perilaku biaya dan sumber differensiasi. Sedikit perusahaan, bila ada,
yang melaksanakan seluruh rantai nilai dari sebuah produk dengan sumber daya
sendiri. Rantai nilai membantu perusahaan untuk memahami sistem
penyaluran nilai, tidak hanya bagian dari rantai nilai di tempat perusahaan
beroperasi. Pemasok, pelanggan dan pemasok dari pemasok, serta pelanggan dari
pelanggan mempunyai selisih keuntungan yang penting untuk diidentifikasi dalam
memahami pembentukan posisi biaya/differensiasi perusahaan, karena pelanggan
pengguna akhir pada intinya membayar untuk semua selisih keuntungan sepanjang
rantai nilai keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar